Jumat, 29 Maret 2013

CC /RASIO KOMPRESI MOTOR STANDAR

Halo semua saudara-saudaraku sepermainan korek motor  hehehehe… Wanna share about standard specification motor nih, berdasarkan data volume silinder dan perbandingan kompresi maka kita dapat memperkirakan volume ruang bakar. Jika ada data yang lebih lengkap bisa menambahi sehingga lebih bermanfaat untuk semua saudara-saudara kita sesama pecinta korek mesin
mesin drag
mesin drag
No || Motor || Bore x Stroke || Volume Silinder || Rasio Kompresi
1. Kawasaki Blitz R 53 mm x 50.6mm 111 cc 9.3 : 1
2. Kawasaki Athlete 56 mm x 50.6mm 124.6 cc 9.8 : 1
3. Kawasaki Ninja 250 62 mm x 41.2mm 2x 124.5 cc 11.5 : 1
4. Kawasaki KLX 250 72 mm x 61,2mm 249cc 11 : 1
5. Yamaha Crypton 49 mm x 54mm 101.8 CC 9.0 : 1
6. Yamaha Mio 50.0 x 57.9 mm 113.7 cc 8.8 : 1
7. Yamaha Jupiter z  51.0 x 54.0 mm  110.3 cc  9.3 : 1
8. Yamaha Jupiter MX 54 x 58,7 mm  135 cc 10.9 : 1
9. Yamaha Vixion 57 x 58,7 (mm) 149.8cc  10.4 : 1
10.Yamaha Scorpio Z 70 x 58 mm  223cc  9.5 : 1
11. Yamaha RX King  58 x 50 mm  132cc   7.1 : 1
12. Yamaha RXZ      56 x 54 mm  133cc   7.0 : 1
13. Yamaha F1Z       52 x 52mm   110.4cc  7.1 : 1
14. Yamaha Alfa       50 x 52mm   102.1 cc    7.2 : 1
15. Honda GL 100  52 x 49.5mm  105.1 cc  9.2 : 1
16. Honda GL Max  56.5 x 49.5mm 124.1 cc   9.2 : 1
17. Honda GL Pro    61.0 x 49.5mm  144.7cc 9.2 : 1
18. Honda Supra     50.0 x 49.5mm 97.1 cc   8.8 : 1
19. Honda Tiger      63.5 x 62.2 mm  196.9cc   9.0 : 1
20. Honda Megapro 63,5 x 49,5 mm 156.7cc 9.0 : 1
21. Honda CS-1 58 x 47,2 mm  124.7 cc  10.7 : 1
22. Honda Supra PGM FI  52,4 x 57,9 mm  124.8cc 9.0 : 1
23. Honda Blade 50 x 55,6 mm 109.1 cc 9.0 : 1
Semoga saja,ini bisa menjadi panduan kalian semua,yang ingin buat motor bore up…………………………..!!!

Korek Shogun 125 Semi Race 201m

Selamat berjumpa lagi bung,brow...dimana aja,trima kasih masih mau dan sudi baca blog ini, yang isinya emang menyesatkan....bikin ketagihan....kecanduan oprek mesin tungganganmu.....hhhhh

Ngomong ngomong gimana...masih pada sehat to pikiranya...hhhh...masak ya gak waras alias edan.....kalo kedanan modif mesin mah iya.....hhhhh, lanjudd,

Kali ni saya beberkan hasil kegilaan kami mengoprek mesin suzuki shogun 125 korek harian yang kemaren malem baru aja maen 201meteran ama yamaha jupiter z bengkel rivalnya mbah dukun, hehehe mari kita mulyai..eh mulyono...eh mulai,

Hasil pertarungan malam kemaren shogun mbah dukun kalah jarak satu(1) motor dari jupiter z bikinan bengkel rival kami,hehehe....tapi kami mlah seneng,loh knapa saya malah ketawa seneng???

Aneh kan, kami kalah kok malah seneng??

Setelah hasil pertarungan tau pemenangnya, maka kami sepakat bongkar kedua mesin motor tersebut, karna da sepakat maen korek cc dibawah 200cc buat diaduin.

Ini dia speknya;

Jupiter z bengkel rival;

-piston tiger stroke standar(170cc)

-klep in dan out 31/25 toyota camry

-pengapian cdi brt multi map

-karburator nsr sp 28mm

-kopling tangan

-knalpot racing

Shogun 125 mbah dukun;

-piston thunder stroke standar(142cc)

-klep in dan out standar bawaan mesin     25/22

-pengapian cdi shogun kebo shindengen

-karburator standar gl neo tech 26mm oval(lebih kecil dari pada venturi karburator rx king dan nsr sp)

-kopling otomatis (blum pasang kopling tangan)

-knalpot standar tiger blum dibobok utuh

Nah....dari hasil bongkar bareng bareng......makanya kita bisa ketawa lebar....hhhhhh....

Lah gimana gak ketawa lebar, toh mesin kami kapasitasnya lebih kecil,klep standar,karbu kecil,knalpot standar masa tarungin ama yang kapasitas lbh gede,klep gajah,pokoke dah abis abisan ngoreknya, hasilnya cuma mepet satu motor di 201m

Dari spek pas pasan alias semi(korek)harian aja da njabani gitu...gimana kalo dah full.....hhhhhh

Toh anda anda pasti tau maksudnya, mekanik bengkel yang garap tu jupiter ampe garuk garuk kepala plus geleng geleng....kok bisa....hhhhh......

Jadi kesimpulanya....modif kohar yang biayayanya  lebih sedikit pun dah  bisa dibuat kenceng, jadi jangan ragu korek harian, kenceng, irit biaya,bisa buat harian motornya,hhhhh

Jadilah pemodif yang pintar, g melulu part mahal bisa maksimal buat motormu, jadilah pemodif yang pintar dengan memilih part yang sesuai...gak berlebihan....

Okeee....tetap positif thingking biar modifnya bener....gak asal asalan....

Kreasi seorang siswa – bore up shogun 125

Alhamdulillah,
Bore up sedikit, langsung 12,6 horsepower
Belajar memang mengasyikkan, apalagi jika belajarnya menyangkut hobby. Praktikumnya pun membuat mesin kencang. Setelah mengenyam teorema , langsung diaplikasikan pada media, selain belajar mesin juga belajar menghadapi pelanggan. Korekan harian dulu latihannya. Asyik, bukan?
Shogun 125 adalah salah satu favorit motor kencang, selain sudah dibekali klep cukup besar 25.22, langkah nya juga sudah relatif tinggi, di kisaran 55,mm. Modifikasi sederhana yang dilakukan oleh siswa privat RAT kali ini pun sudah umum dilakukan. Sengaja dibuat se sederhana mungkin supaya mudah ditiru, dan kalau di tiru berhasil, ilmu nya jadi bermanfaat buat kami dan pemilik motor yang modif di RAT. Hehehe…
Ubahan simple tanpa bongkar crankcase, adalah membenamkan piston suzuki thunder 125, meski judulnya sama 125, tapi piston thunder ternyata 3,5 milimeter lebih besar dari standard shogun. Alhasil kapasitas mesin menggemuk 15cc, jadi 140cc, lumayan…
Diameter pin piston sama, namun yang perlu diperhatikan top piston thunder dan shogun berbeda. Cara mengeceknya gimana? Gandengkan saja kedua piston itu, pasti tinggi piston thunder melebihi standardnya. Supaya kompresi tetap rendah maka piston thunder harus dipangkas 1 milimeter rata.
Mengimbangi korekan , lubang porting dibesarkan menjadi diameter 25mm pada inlet dan outlet, noken as dipangkas pada pantat dan pinggang sebanyak 1 milimeter, pasokan bahan bakar supaya tidak telat dikawal pe28 ber komposisi pilot jet #60, main jet #130. Knalpot mengandalkan R9 racing, cdi rextor adjustable yang dikoreksi pada derajat 37 sebelum TMA.
Barjo lagi nge-setting shogun 125 diatas meja dyno
Walla, hasilnya tenaga meningkat hampir 50 % dari standard pabrikan 8,5hp, menjadi 12,6 horsepower di 10,000 rpm, dengan torsi 9,6 N.m sudah di dapat di 7,000 rpm, rentang tenaganya luas, hingga limiter di 11,000 rpm. Dibanding standard, yang ini nafasnya semakin nariiikkkk. Kalau kesimpulan pembelajaran ? Kompresi meningkatkan torsi dan potensial tenaga. Kalau porting, cam, karburator besar lebih kepada fokus menaikkan tenaga di putaran lebih tinggi. Well, Not bad untuk seorang pemula…

Korek Harian Suzuki Shogun 125

1. Porting Polish
Lubang masuk dibuat 25mm hingga area bosh klep hingga 27mm makin menjadikan nafas panjang. Lubang keluar cukup digerus 23mm.
2. Noken As Custom
Overlaping klep dari noken as standar dibentuk ulang. Pantat dibubut 0.5mm dan lifter ditambah.
3. Piston Thunder dengan diameter 57mm
Penggunaan piston Suzuki Thunder dengan stroke standar mampu membuat volume silinder menjadi 140.9cc atau dengan pembulatan menjadi 140cc.
4. Reamer Karbu Standar
Karbu standarnya direamer ulang dan dengan pembesaran skep. Ini memperlihatkan mesin seperti standar abis. Skep bisa menggunakan Tornado dan venturi mampu menyentuk 23mm.
5. Knalpot Satria FU Custom
Knalpot yang lagi ngetrend ini dibuat lebih ngebass dan plong biar kesan seperti dragmatik.

Kamis, 28 Maret 2013

Kawasaki Edge, Satu-Satunya di Kelas MP3


Saat memasuki paddock para tim balap yang ikut di kejuaraan bergengsi MotoPrix Region 2 Seri 1 yang digelar di Sirkuit Stadion Maulana Yusuf, Serang Banten, nyelip satu motor Kawasaki Edge. Padahal hampir semua rivalnya menggunakan Honda dan Yamaha.

“Ini merupakan proyek percobaan dari tim kita,” buka Agus alias Kenthos, mekanik yang seting Kawasaki Edge dari Hatta Rajasa Racing Team.

Katanya lagi, engine yang digunakan kali ini tak jauh beda dengan seting mesin Gupita Kresna saat dia masih ikut di kelas 4-Tak 125 Tune-Up Pemula (MP3) 2010. Piston diameter 57 mm, kompresi 13,6 : 1. Untuk bahan bakar, pakai bensol. Serta, ukuran klep in 26 mm dan ex 23 mm.
“Engine-nya memang copotan. Tapi, banyak bagian yang disesuaikan agar AM Fadli bisa mengendalikannya dengan baik. Setingan ini juga bisa dibilang dadakan. Karena baru seting sehari sebelum balapan,” tambah mekanik yang bakal nengok dipanggil Kenthos.

Penyesuaian pertama yang dilakukan untuk handling dan bermanuver. Sok belakang kembali diseting dengan pertimbangan postur tubuh AM Fadli yang tergolong mungil.

Apalagi, sirkuit dadakan Stadion Maulana Yusuf, terbilang memiliki karakter banyak cornering dan tergolong bumpy alias gak rata.

“Dengan keadaan trek banyak cornenring dan bumpy, sok diseting agar bisa naik-turun dengan cepat. Sehingga AM Fadli bisa keluar masuk tikungan dengan cepat. Itu pun sudah disesuaikan terhadap berat pembalap yang 45 kg dan tinggi 145 meter,” tambah Daryanto, mekanik yang kebagian seting peredam kejut.

Penyesuaian kedua, di bagian karburator. Pemasokan bahan bakar diatur Mikuni TM 24 mm, yang disesuaikan terhadap kondisi cuaca di sirkuit.

Saat race, kondisi cuaca dalam keadaan panas. Sehingga, seting sedikit dibikin basah. Pilot-jet pakai 35 dan main-jet 200.

Agar Edge bisa melejit di trek lurus dan tikungan, final gear dibikin jadi 13-45. “Saat ini, hanya bisa bertengger di posisi ke-10 kelas MP3. Perlu sedikit penyesuaian lagi,” aku Kenthos.




DATA MODIFIKASI
Sok belakang: YSS Z-Series
Cakram: TDR
Ban depan: FDR Sport MP76 90/80-17
Ban belakang: FDR Sport MP76 90/80-17
Knalpot: YY Pang
 

Yamaha Jupiter, Dari Bensol ke Pertamax Tetap Kencang


Selama ini, banyak tim dan mekanik yang mengandalkan bahan bakar oktan tinggi buat adu kebut lurus resmi alias drag bike. Ya, macam bensol. Tapi, beda dengan Simo Mulangdjaya yang lebih memilih bahan bakar Pertamax untuk Yamaha Jupiter andalannya.

Dengan semakin susahnya mencari bahan bakar balap, Pertamax yang bahan bakar umum ini jadi salah satu solusi untuk balap yang mudah dan murah. Otomatis dengan menggunakan bahan bakar Pertamax, setingan engine dan pengapian kudu menyesuaikan.

Pada ajang drag bike yang digelar beberapa minggu lalu di Magelang, Jawa Tengah, Jupiter ini memang belum mampu menjadi yang tercepat. Tapi, progres yang didapatkan dari dua kali mengikuti balapan, setidaknya telah mengalami peningkatan.
“Pakai bensol atau Pertamax, sebenarnya sama saja. Jika setingan yang dilakukan sudah pas, motor pasti akan bisa lari kencang,” buka Simo. Ini yang coba dipecahkan oleh Mosik Priyonggo yang bertugas mengembangkan dan meriset Jupiter ini.

“Untuk mengubah dari motor yang pakai bensol ke Pertamax, yang jelas harus disesuaikan perbandingan kompresinya,” beber Mosik.

Karena dengan perbedaan nilai oktan dari kedua jenis bahan bakar tersebut, menyebabkan karakter dari mesin juga berubah. Perubahan yang sangat nampak setelah kompresi diturunkan jadi 12 : 1 adalah tenaga bawah motor yang ngedrop. Untuk itu, coba disesuaikan dengan cara memaksimalkan kinerja buka-tutup katup alias klep.

“Untuk mengail tenaga di putaran bawah, durasi buka-tutup klep dibuat lebih singkat. Dipatok di angka 270 derajat. Ketika pakai bensol, biasanya bermain di 275 derajat. Dan, rasio kompresi di atas 13,5 : 1,” terangnya.
Angka tersebut didapatkan dengan perhitungan katup isap membuka di 35 derajat sebelum TMA dan menutup 55 derajat setelah TMB. Begitupun dengan katup buang yang membuka di 55 derajat sebelum TMB dan menutup 35 derajat sesudah TMA.

Untuk mendapatkan efisiensi volumetric yang besar, tinggi bukaan katup alias lift klep diseting di angka 9,2 mm. Tentunya, usai mengganti klep standar milik Jupiter dengan katup milik Honda Sonic. Tujuannya, agar gas bakar yang masuk lebih besar. Begitu juga dengan gas buang sisa pembakaran.

Selain itu, diameter porting di lubang inlet dipatok sebesar 24 mm. Portingan pada saluran masuk sebesar ini, diyakini Mosik mampu mengangkat performa motor di putaran bawah. Terutama setelah diameter klep Sonic dibikin menjadi 27 mm (in) dan 23 mm (ex).
DATA MODIFIKASI
Karburator: Keihin PWK 28 Sudco
Magnet: Yamaha YZ125
Klep: Honda Sonic
Rasio Kompresi: 12:1
Sok belakang: YSS
 

Suzuki Nex, Mau Gusur Dominasi Mio di Road Race?


Di event bertajuk Kejurda Road Race Open yang diadakan di Serang-Banten awal 2013 lalu, nyempil sesosok Suzuki Nex yang dipacu Asep Bedhun. Racer tim CLD Empush Jet Up Appry Yostar ini turun di kelas 150 open. Niatnya, mematahkan dominasi Yamaha Mio.

"Ubah Nex ini untuk bisa bisa bersaing dengan skubek lain, bukan perkara mudah. Langkah awal bore up jadi 150 cc," papar Mansuri, mekanik tim ini.

Ngomongin soal bore up. Nex dijejali piston Kawasaki Blitz Joy 125 diameter 57 mm. Lalu, diikuti naik stroke 1,5 mm. Agar kuat, boring standar diganti produk aftermarket. Kapasitas engine naik jadi 148,4 cc dengan perbandingan kompresi 13,6 : 1. Bahan bakar, pakai Pertamax Plus. Spek segitu, masih aman saat scruutinering.
Lanjut di head silinder. Lubang inlet ikut diporting, agar pasokan bahan bakar dari Mikuni TM 28 bisa lancar. Kucuran gas bakar segar ke ruang bakar, diatur klep in 28 mm dan sisa gas buang dikeluarkan klep 24 mm. “Untuk mengatur buka-tutup klep, durasi kem dibikin 272 derajat (in) dan 273 derajat buat ex," jelas pria Betawi tulen ini.

Agar engine lebih ngacir, roller dibikin ringan. Cukup adopsi roller 7 dan 8 gram yang dibikin silang. Kemudian per CVT pakai yang 2.000 rpm. “Saat di trek lurus bisa cepat nusuk, “beber Push, sapaan Mansuri. Wah, bawa pisau ya? he,he,he.

Tapi Dewi Fortuna masih belum berpihak pada Asep Bedhun. Padahal saat race pertama, Nex ini sudah bertenger di posisi pertama. Tapi, karena terjatuh saat final race, jadi hanya finish di podium kedua. Masih ada seri berikutnya!.

DATA MODIFIKASI
Ban: Indotire 90/80-14
Karburator: Mikuni TM 28
Knalpot: CLD
Pengapian: CDI BRT super Pro
Roller: CLD 7 dan 8 gram
 

Yamaha Mio, Kolaborasi Indo-Thai Raih 4 Besar di Drag Thailand


Ini dia Yamaha Mio pacuan Tony Chupank pada gelaran TDR Racing Automatic Super Open International (TRASOI). Besutan ini mampu mengantarkan Chupank yang pembalap Indonesia jadi 4 pembalap tercepat di event balap yang digelar di sirkuit Tepnakorn, Thailand. Minggu lalu. Mio ini, merupakan hasil kolaborasi antara Tomo Speed Shop (Indonesia) dan Bads Racing Thailand.

Turun di kelas FFA Matic Super Open, butuh kapasitas mesin besar. Apalagi rivalnya pembalap Thailand biasa bermain mesin dengan kapasitas di atas 300 cc. Makanya untuk ngejar kapasitas mesin besar, piston yang diusung punya diameter 71 mm racikan Thailand.

Tidak cukup sampai situ, stroke juga ikut dinaikan jadi 86 mm dari stroke asli Mio yang cuma 57,9 mm. “Mengandalkan pen stroke racikan dari Bads Speed,” ujar Tomo yang jauh-jauh hari sudah meyiapkan besutannya itu.

Setelah dihitung, kapasitas mesin jadi bengkek sekitar 341 cc. Nah, untuk imbangi gebukan besar ini, klep juga kudu gambot. Klep in bermain di 35 mm sedangkan klep buang 31 mm.
Sedangkan karbu, usung merek Uma yang punya venturi 34 mm dengan main- jet 140 dan pilot-jet 45. “Di Thailand lagi mewabah karbu Uma buatan Malaysia. Selain lebih murah, karbu juga enggak usah direamer,” pasti Tomo. 

Soal karakter motor, “Enggak terlalu liar, tetapi harus pandai urut gas setelah start. Soalnya bila langsung dibuka, motor gampang sekali ngangkat,” aku Chupank.

 Ini lantaran untuk pemindah daya motor sudah pakai puli Yamaha Fino dengan mengandalkan perbandingan rasio 19/39 mata. Selain ngisi pada putaran bawah, top-speed juga jadi gak tekor, cocok untuk bermain di lintasan 210 meter.

DATA MODIFIKASI
Ban depan : Vee Rubber  45/90-17
Ban belakang : Vee Rubber 45/80-17
Knalpot  : TSS
TSS: 0817-9900655
 

Yamaha Jupiter Z, Kesempurnaan Raih Podium Motoprix


Sirkuit Stadion Maulana Yusuf (Serang-Banten) yang jadi seri pertama Kejurnas MotoPrix Region 2 2013, bisa dibilang Afgan. Eh, maksudnya kayak judul lagunya Afgan yang ‘Sadis’. Maaf, itu karena karakter sirkuit yang ditawarkan tergolong bumpy dan bahkan ada beberapa bagian sedikit rusak dan berdebu. Tentunya buat menaklukkan sirkuit ini, butuh paduan seting mesin, sasis dan suspensi sempurna!

Kondisi ini, dipahami betul Teguh Nugroho alias Teguh War-Wer. Untuk menjadi kampiun di kelas MP2 alias Bebek 4-Tak 110 cc Tune-Up Seeded, racer ini dibekali tiga hal. Yaitu; rasio kompresi mesin rendah, sasis lincah dan suspensi belakang model air suspension.
“Rasio kompresi mesin dibikin 12,2 : 1 dengan bahan bakar Pertamax Plus,” ujar Andi Maskur alias Plonteng selaku tunner tim Yamaha IRM PJM FDR NHK (YIPFN). Kompresi ini, dikarenakan pemapasan head silinder 0,5 mm. Dan juga, piston yang tingginya dibuat menjadi 13 mm jika diukur dari bibir pen piston bagian atas.

Plonteng tidak ingin putaran bawah galak. Itu karena karakter War-Wer yang suka tutup gas jelang mulut tikungan dan buka gas sebelum keluar tikungan. “Power bawahnya juga sudah dapat. Hanya tinggal fokus bermain di putaran tengah ke atas saja,” sebut tunner 26 tahun itu.

Lanjut! Power atas didukung dari setingan kem yang terapkan durasi 272 derajat (in) dan 270° (ex). Durasi ini, ditemani klep Sonic diameter 28 mm (in) dan 23 mm (ex). Menurutnya, kombinasi inilah yang mampu mendukung seting putaran atas biar bisa lebih berlari.
Soal sasis, mungkin tak perlu diragukan lagi kelincahan frame milik Yamaha Jupiter Z. So, tinggal peran suspensi saja yang jadi ujung tombak. Buat meredam galaknya power bawah, tim IRM aplikasi air suspension merek Kawahara Racing. Sok belakang yang dirancang tanpa pegas alias per ini, mampu menjawab gaya balap dan sirkuit yang bumpy.

“Ketika pertama dites di Sirkuit Mandala Krida (Jogja; Red) sebelum balap ini, seting langsung ketemu. Malah jadi enggak ragu buat perbesar power mesin. Karena Teguh bisa menaklukkan motor ini,” beber Plonteng yang juga asal Jogja.

Benar saja! Terlihat di tikungan terkahir sebelum finish. Tikungan yang bumpy, mampu dilahap mulus tanpa sliding. Padahal, grip gas sudah dibuka secara penuh.

“Saya perhatikan, motor lain coba ikuti dengan membuka grip gas lebih awal, yang ada malah ban belakang sliding terus,” senang Hasan Tandina selaku Owner tim IRM. Congratzzz..!

DATA MODIFIKASI
Ban depan : Pirelli 120/60-17
Ban belakang : Battlax 140/70-17
Knalpot  : Suzuki GSX 400
Pelek belakang : Baros 4,5 x 17
AE Garage : 0815-9941260
 

Honda Karisma, Melejit di Trek 201 Meter Pakai Kruk As Standar


Tidak begitu banyak yang memakai Honda untuk balap di trek lurus 201 meter. Keberadaanya bisa dihitung dengan jari. Salah satunya, Honda Karisma milik Taufan Kurniawan dari Top Jaya yang berkolaborasi dengan Kolor Ijo asal Nganjuk-Jawa Timur. Meskipun, motor drag yang baru kelar digarap ini sukses masuk urutan 4 besar kelas Bebek 4-Tak Tune Up 200 cc.

Dipacu Tony Chupank yang racer asal Malang-Jawa Timur, Karisma ini sanggup tembus di angka 8,145 detik ketika bertarung di event Magelang, Jawa Tengah kemarin. Padahal kalau trek sepanjang 201 meter itu kering, bisa diyakini tembus di angka 7,758 detik, lho.

“Memang jika trek sudah basah, semua time jadi kacau. Konsentrasi pembalap jadi terpecah antara setingan motor dan menjaga kesetabilan motor,” kata Raditya Angga, bos dari Kolor Ijo Nganjuk.

Tapi, apa sih resepnya Karisma ini bisa melejit kencang? Apalagi katanya masih pakai kruk as bawaan motor. Begitu juga dengan stroke. Standar, bro!

“Kruk as masih percaya bawaan pabrik supaya lebih kuat dan mudah menggantinya. Justru ubahan paling utama ada kepala silinder. Terutama, noken as dan peranti pendukungnya,” bilang Fauzan Rozi yang menjadi juru kilik Karisma ini.
Karena diawali noken as, Pak Conk’s sapaan akrabnya mengaku putaran kem buat klep in pakai durasi 275º dengan lift klep 9,6 mm. Sedang buat klep buang, dikasih durasi yang sama. Yaitu, 275º. Tapi lift klep dibikin sedikit lebih pendek. Hanya, 9,7 mm. Ubahannya sih gak terlalu extreme, maklum motor mengejar ketahanan mesin.

“Durasi kem sengaja dibikin lambat, supaya pasokan bahan bakar dan udara lebih banyak. Selain itu, juga bisa dapat putaran atas dan disumbang timing yang diatur CDI BRT-I Max Super 24 step. Rasio kompresi mesin dibikin 13,8 : 1,” urai mekanik humoris ini.

Sedangkan LSA (Lobe Separation Angle) kem sentuh angka 104º. Jika dilihat dari angka LSA yang diterapkan, memang seting yang diusung Conk ini bermain di putaran atas.

Apalagi, seting perbandingan gigi transmisi juga ikut diubah agar makin teriak di putaran tinggi. Buat gigi I, pakai kombinasi 14/32 mata. Gigi II, diisi kombinasi 19/31 mata. Gigi III, pakai 19/24 dan untuk Gigi IV, dibikin dengan kombinasi 24/25 mata. 

DATA MODIFIKASI
Ban depan : FDR 50/90-17
Ban belakang : Eat My Dust 60/80-17
Karburator : Keihin PWK 33
Knalpot : Criempie
 

Honda Karisma, Melejit di Trek 201 Meter Pakai Kruk As Standar


Tidak begitu banyak yang memakai Honda untuk balap di trek lurus 201 meter. Keberadaanya bisa dihitung dengan jari. Salah satunya, Honda Karisma milik Taufan Kurniawan dari Top Jaya yang berkolaborasi dengan Kolor Ijo asal Nganjuk-Jawa Timur. Meskipun, motor drag yang baru kelar digarap ini sukses masuk urutan 4 besar kelas Bebek 4-Tak Tune Up 200 cc.

Dipacu Tony Chupank yang racer asal Malang-Jawa Timur, Karisma ini sanggup tembus di angka 8,145 detik ketika bertarung di event Magelang, Jawa Tengah kemarin. Padahal kalau trek sepanjang 201 meter itu kering, bisa diyakini tembus di angka 7,758 detik, lho.

“Memang jika trek sudah basah, semua time jadi kacau. Konsentrasi pembalap jadi terpecah antara setingan motor dan menjaga kesetabilan motor,” kata Raditya Angga, bos dari Kolor Ijo Nganjuk.

Tapi, apa sih resepnya Karisma ini bisa melejit kencang? Apalagi katanya masih pakai kruk as bawaan motor. Begitu juga dengan stroke. Standar, bro!

“Kruk as masih percaya bawaan pabrik supaya lebih kuat dan mudah menggantinya. Justru ubahan paling utama ada kepala silinder. Terutama, noken as dan peranti pendukungnya,” bilang Fauzan Rozi yang menjadi juru kilik Karisma ini.
Karena diawali noken as, Pak Conk’s sapaan akrabnya mengaku putaran kem buat klep in pakai durasi 275º dengan lift klep 9,6 mm. Sedang buat klep buang, dikasih durasi yang sama. Yaitu, 275º. Tapi lift klep dibikin sedikit lebih pendek. Hanya, 9,7 mm. Ubahannya sih gak terlalu extreme, maklum motor mengejar ketahanan mesin.

“Durasi kem sengaja dibikin lambat, supaya pasokan bahan bakar dan udara lebih banyak. Selain itu, juga bisa dapat putaran atas dan disumbang timing yang diatur CDI BRT-I Max Super 24 step. Rasio kompresi mesin dibikin 13,8 : 1,” urai mekanik humoris ini.

Sedangkan LSA (Lobe Separation Angle) kem sentuh angka 104º. Jika dilihat dari angka LSA yang diterapkan, memang seting yang diusung Conk ini bermain di putaran atas.

Apalagi, seting perbandingan gigi transmisi juga ikut diubah agar makin teriak di putaran tinggi. Buat gigi I, pakai kombinasi 14/32 mata. Gigi II, diisi kombinasi 19/31 mata. Gigi III, pakai 19/24 dan untuk Gigi IV, dibikin dengan kombinasi 24/25 mata. 

DATA MODIFIKASI
Ban depan : FDR 50/90-17
Ban belakang : Eat My Dust 60/80-17
Karburator : Keihin PWK 33
Knalpot : Criempie
 

Honda Absolute Revo, Kompresi Ideal Buat Sliding


Saat melibas cornering sikuit Stadion Maulana Yusuf, Serang-banten, ban belakang Willy Hammer nampak selalu sliding. Nampaknya itu memang karakteristik sang pembalap yang selalu bejek gas saat keluar tikungan. Sehingga sedikit sliding.

“Harus pintar atur setingan perbandingan kompresi mesin, tentu agar motor enggak terlalu kuat di putaran bawah. Kalau kompresi tak cocok, sliding berlebihan dan gelosor,” papar Mitayantho, mekanik dari tim Honda Rinjani.
Setingan kompresi yang paling pas sesuai karakter Willy Hammer, perbandingan kompresi Honda Absolute Revo dibikin jadi 13,5 : 1. Tentunya setingan segini bila aplikasi bahan bakar bensol, masih terbilang kecil. Biasanya, di atas 14 : 1. Ini kombinasi dari penggunaan piston diameter 54,4 mm yang dibikin mendem 0,6 mm dari bibir silinder.

“Dengan begitu putaran bawah power enggak terlalu besar, tetapi peak power akan terasa di 12.500 rpm,” jelasnya.

Sayangnya, gaya balap yang dimiliki Willy Hammer, kurang didukung oleh pemilihan ban yang mumpuni untuk diajak sliding. Sehingga saat lap-lap terakhir kelas Bebek 4-Tak 125 cc Tune-Up (MP1), performa ban mulai berkurang.

“Nampaknya ban yang dipakai performanya sudah mulai berkurang dan seperti terkena oli, sehingga melorot. Selain itu pemilihan final gear 14/40 mata saat final race, masih dirasa kurang pas. Akibatnya rpm cepat teriak, padahal final gear sudah diturunkan yang awalnya pakai 14/41 mata ketika penyisihan,” sesal Willy Hammer kelahiran Pinrang, Sulawesi Selatan.

Tapi, skill balapan Willy di sirkuit kebanggan kota Banten ini harus diacungi jempol. Walau sempat tercecer keluar lintasan saat bertarung untuk deretan 4 besar terdepan, dia semangat kembali ke lintasan lagi.

Dengan semangatnya, dia berhasil mencetak waktu tercepat alias best time untuk kelas MP1. Yaitu, 45,59 detik. Tapi, sayangnya hanya berhasil finish di urutan ke-9 MotoPrix Region 2 Seri 1, 2013 ini. Yang penting sudah bisa tembus best time, Bro.

Next time, podium pertama sudah di depan mata!



DATA MODIFIKASI
CDI: Rextor Pro Drag
Koil: Honda Absolute Revo
Sok breker: Ohlins
Pelek: Excel Takasago 1,60 x 17
Ban: FDR MP76 90/90-17
 

Kawasaki Ninja 150, Seting Terbalik


Widodo, mekanik bengkel DMC Jatiwarna, Bekasi, kolaborasi dengan Antoprayudi pemilik brand knalpot BKR di Cibinong, Jawa Barat. Keduanya menganut paham terbalik. Harusnya meracik dulu mesin disusul knalpot. Meraka malah bikin knalpot dulu disusul korek mesin. Walah...

Mereka bikin knalpot Kawasaki Ninja 150 khusus. Dimulai dari menentukan leher knalpot yang jadi faktor cepat-lambatnya hasil pembakaran dilepas. Makanya, model leher dibikin lurus ke bawah dengan spek awal diameter 40 mm. Kemudian, mengerucut ke bawah hingga menjadi 65 mm dengan sudut lekukan leher dipantek 45 derajat.

Sekilas, model leher knalpot seperti 3V3 yang pernah ngetop di Yamaha RX-King. “Lalu, bagian perut knalpot punya peranan besar menghasilkan tenaga. Dimensi tabung dibikin lebih besar 20 mm dari perut knalpot branded. Tujuannya, agar mampu menampung gas buang dari putaran bawah sampai atas lebih kuat. Nggak ada tenaga terbuang,” aku Antoprayudi alias Bokir.

Efek dari ubahan pelepas buang mesti diimbangi dengan silencer. Apalagi perangkat paling ujung di knalpot yang biasanya bisa bongkar-pasang ini, jadi penentu bengisnya suara knalpot juga. Tak ayal silincer panjang 33 cm, bagian saringannya dibikin diameter 26 mm.
Menyesuaikan knalpot, Widodo lantas atur porting. Lubang buang kena sentuhan pertama pisau tuner. “Cuma dibentuk seperti telur. Lebar 40 mm serta tinggi 30 mm. Lubang transfer dan bilas cukup dihalusin kulit jeruknya. Imbangi gerak piston agar ringan, 2 tiang di boring dipapas. Bensol pun bersih diledakan,” jelas Dodo panggilan akrabnya.

Head motor dua langkah ini enggak dibiarkan standar pabrik. Biar kompresinya naik, kubah diukur pakai buret tercatat 14,2 cc. “Kompresi masih cukup aman walaupun meminum bahan bakar beroktan di atas 100. Squish ikut digerus pisau bubut,” ucap Dodo yang merahasiakan soal perbandingan kompresinya.

Namun main di lintasan gopek meter, ada beberapa hal yang wajib diperhatikan. Seperti halnya karburator, membran dan pengapian. Hasilnya, pengabut gas Keihin PWL 26 direamer 28 mm. Kruk as diganti milik Kawasaki ZX 150 seiring CDI Denso 1454 diumpan aki kering 5 ampere bersama koil YZ125. 

DATA MODIFIKASI
Blok: Gold 1855
Busi: NGK Platinum B9EVX
Monosok: YSS NSR 150
Ban Depan: Destone 50/90-17
Ban Belakang: Eat My Dust 60/80-17
 

Honda Supra X 125, Setingan Semi Rolling Speed


Diaz Kumoro Jati (DKJ), kini membela tim Honda Banten NHK Nissin FDR (HBNNF). Terjunnya, bukan lagi di MotoPrix, tetapi di IndoPrix. Jelas, karakter sirkuit yang dipakai bertolak belakang dengan gaya balap DKJ yang terbiasa stop and go! Untuk itu, Honda Supra X 125 yang dipacunya, dibikin semi rolling speed. Nah lho!

Maksudnya semi rolling speed, karena Diaz alias DKJ kudu membiasakan diri buat tarung di sirkuit permanen dengan karakter rolling speed. Maka itu, seting power engine difokuskan untuk bermain di putaran tengah-atas. Rasio kompresi mesin dibuat 12,3 : 1 dengan bahan bakar Pertamax Plus.

Kompresi yang tergolong rendah bagi motor balap ini, didukung dengan pemakaian durasi kem 274° (in) dan 279° (ex). Lobe Separation Angle (LSA) yang dipatok, bermain di angka 103 derajat.

Jika dilihat dari angka LSA, karakter mesin cenderung bermain rata. Power bawah dan atas, siap digunakan kapan saja. Artinya, tidak memanjakan torsi atau juga memanjakan power atas. Berbeda dengan LSA sempit yang tergolong memanjakan torsi atau LSA luas yang justru cocok buat main putaran atas.
Begitunya klep mengaplikasi milik Honda Sonic dengan diameter payung klep 28 mm (in) dan 23 mm (ex). Untuk diameter klep buang, memang dikecilkan 1 mm dari angka standar yang 24 mm. “Agar power bawah sedikit lebih bagus,” ungkap Monte, tunner tim HBNNF.

Tetapi meski payung klep dibikin jadi lebih kecil, lift klep yang diusung justru lebih tinggi ketimbang klep isap. Jika klep in bermain di 8,9 mm, maka klep ex dipatok di 9,6 mm. Kedua klep, ditopang per klep Yoshimura agar aman bermain di rpm tinggi tanpa takut patah atau floating.

Agar tenaga tetap sempurna, silinder blok usung bahan ceramic alias keramik. Jadi, piston merek FIM Piston diameter 53,4 mm memiliki daya gesek lebih minim ketimbang pakai silinder blok biasa.

“Karena gaya gesek yang minim, suhu mesin cenderung adem. Paling, suhu mesin bermain di 140°. Beda ketika pakai blok biasa, suhu bisa lebih dari 160°,” ungkap Monte lagi.

DATA MODIFIKASI
Ban: IRC 90/80-17
Pelek: Excel Takasago
Master rem: Nissin
Sok belakang: Showa
CDI: BRT I-max Super Pro
 

Paket Bore Up 150 cc Honda Karisma, MotorJadul Bisa Lari Lagi


Penggemar Honda Karisma punya pilihan menarik untuk upgrade mesin motornya. Karisma yang sekarang sudah discontinue ini bisa dipasangi paket bore up. Bisa kencang untuk motor harian.

Umur Karisma yang saat ini terbilang motor jadul, biasanya mengalami penurunan performa mesin. Makanya biar bisa lari lagi bisa pakai paket bore up ini.

Diameter piston standar Karisma yang hanya 52,4 mm dirasa masih kurang bagi penikmat kecepatan. Makanya paket bore up ini bisa jadi solusi. Lengkap berikut paking, ring piston, klip dan pen piston.

Dijejali piston diameter 57 mm, Karisma yang aslinya 125 cc bisa melonjak 150 cc. Krisna, penjualnya dari XO Motoshop mendatangkannya dari Thailand. Makanya sesuai peruntukkannya disana biasa dipasang pada Honda Wave yang mesinnya sama dengan Karisma.

Cara pasangnya juga cukup mudah. “Pakai head orsinil juga masih bisa dan masih aman,” bilang Krisna yang punya toko baru di Jl. HOS Cokroaminoto No. 47, Larangan Utara, Tangerang.

Diameter piston 57 mm menghasilkan 150 cc. Ini didapatkan dari penghitungan bore dan stroke = 5,7² x 5,79 x 3,14/4 yang hasilnya 147,671 dan dibulatkan menjadi 150 cc. Cukup fantastis bukan. Dan asiknya paket bore up ini juga bisa di aplikasi pada Honda Supra X125.

Untuk memasangnya enggak terlalu susah, karena plug and play. Tapi, biar lebih afdol harus presisi juga saat pemasangannya. Tebus paket merek X-Ray ini Rp 650 ribu. Bisa kontak dulu di 081-807-574-762

Korek Harian YAMAHA VEGA 125 cc


Alhamdulillah,
Konsep Utama Modifikasi - Hukumnya wajib :D
Sungguh nikmat merasakan berkah di bulan Ramadhan — begitu banyak kesempatan riset korek mesin tiada henti berdatangan. Pula rasa syukur tak henti kami panjatkan bagi ALLAH SWT, Tuhan semesta alam, atas limpahan rahmatmu kami dapat berkarya. Dan atas izinMu kami masih dapat berbagi, bersedekah ilmu untuk semua sahabat se – Indonesia :) Apa kabar semuanya? Yang disabang? Yang di Merauke? Kami di sidoarjo nya masih terus terendam Lumpur nih… Hahaha! Apa pemerintah udah pada lupa? Woi jangan bikin gedung DPR cuma buat pindah tidur  :DBangun-bangun, sahur!!!
Kesempatan kini datang dari penyemplak motor Yamaha Vega R milik mr. V yang tergabung dalam club V1VA Surabaya, pemuda tampan, pendiam, memakai kacamata, menyambangi markas R.A.T yang dipenuhi pemuda berbadan gelap penuh olie, dengan gagah berani meminta order vega nya untuk di korek kencang  buat turing. Busyet ternyata meski body vega nya di motif cutting sticker bunga-bunga gini, empunya  gila kecepatan. Kami pun berdiskusi konsep kerja yang akan dilakukan, setelah diajukan proposal , “Bayar-nya nyicil ya mas, ” bisik sang empu pelan. “Gapapalah , pokoknya 3 x , pagi-siang-sore Lunas! Hehehe… ” jawab saya, lalu kita tertawa bersama. Nah, tertawalah sebelum tertawa itu dilarang. Modif lah sebelum modif mesin dilarang. oWokWokokWok… :D
Bunga-bunga tak berarti banci :D
Konsep mesin touring adalah kencang tapi juga awet, dan sewaktu-waktu ada trouble sparepartnya mudah didapat. Tapi inti modifikasi menjadikan laju motor kalau lari ber iring-iring tidak ketinggalan dengan karib lain. Berarti konsep motor harus mampu terus bernafas di trek yang cukup panjang, lumayan lah buat riset kalau ada order buat mesin balap dari jakarta yang main 800 meteran wkwkkw…  ngimpi – ngimpi. :) Lagipula jalan ke arah bandara Juanda lempeng banget kalau dibuat test ride. Oke deh, plafon budget disetujui, tinggal tugas mekanik mensiasati budget yang ada.
Klep Standard dibubut layaknya klep Racing :D
Motor ditinggal, sang mr. V – kok perasaan ga enak nyebut inisialnya, untung bukan cewek , bisa jadi miss V donk,, hayoo yang baca siang-siang jangan mikir jorok. Uhhhuuyy… head silinder langsung dibuka perlahan- satu demi satu bautnya dikendorkan, dilepas, dibuka.. dipelorotkan dari baut tanamnya, hingga terlihat baut yang mulus dan basah terbasuh oli itu, hahahha cerita apaan sih. Dah intinya diperetelin untuk diantar ke bengkel bubut Dhaha Putra Teknik, langsung menuju ke pojok kiri belakang, tempat mas Amin bersarang!
Kita order pemakaian katub shogun, dengan panjang batang klep 67 milimeter, kita buat muncul klep nya 29 milimeter dari pangkal head, gap dibuat 4.5 milimeter mas. “Bentuk kubah ruang bakar seperti biasanya ya mas ” pesan saya mengerling kan kode rahasia , hehehe.. ini yang tetep bikin dapur bini ngebul :D wkwkwkw…
Porting kotak - kotak - kotak , :D
Gap lebar layaknya pacuan motor road race, berguna untuk mendapat area overlaping yang tinggi , sehingga tenaga di putaran atas membaik. Disokong oleh aplikasi untuk pir katub milik CS-1 agar tidak terlambat mengembalikan klep exhaust di putaran 10.000 RPM. Sayangnya kok telat nemuinnya, malah pakai pir katub shogun sempat patah pir katub nya kena lobe lifter cam 7 milimeter, hasil dari pemangkasan noken as 1.5 milimeter. Untung ga patah klep nya, fffiiuuhhh… Kalau penari dangdut goyang patah-patah mah, aaajjjiiibbb :D
Kalau ini head jupiter buat Bore Up 200 cc milik guruku :D cak Bayu "Tape" Hi Speed Performance
Area intake port kita papas 5 milimeter, porting dibuat kotak – maunya meniru desain suzuki satria Fu150, hehehe… kebanyakan garap mesin FU jadi keblinger gini ^_^  eh, ternyata enak banget kok :D Sekali-kali gak ngikutin Graham Bell kan gak dosa :) Terpenting kita tahu prinsipnya, yang diinginginkan adalah aliran udara berkelok kesamping, bergumpal di area dekat bushing klep, lalu dihajar membentuk badai homogenus masuk ke silinder saat katub terbuka. Malahan menurut david vizard, asimetrical porting akan membantu membentuk swirl, dan dari buku teori dasar mesin torak, efisiensi ruang bakar yang mampu mencegah detonasi adalah campuran udara/bahan-bakar yang berputar ter-aduk2 dalam silinder. Oleh karenanya kita berani mematok perbandingan volume yang disapu dengan volume yang ditinggalkan hingga 11.5 : 1.
Tak lupa teknik modifikasi terbaru kita terapkan, valve back cut, ini kuncian yang menambah efisiensi area porting menjadi sebesar 30%, area kiri – kanan bushing klep kita lebarkan 110 % dari diameter klep intake. Hasilnya, Nafaaaaassss terus gak habis-habis motornya, puncak kecepatan 120 KPJ di gigi 3 kemudian pindah ke persneling final masih mau ngepot ban belakangnya waktu saya menguntit mas wawan yang ngebut test ride pake vega, sedangkan saya pake MX 135 cc korek ringan sudah nyerah, ngeri…!!! Mas wawan pun melesat makin jauh… Lucu juga ngeliat pantat mas wawan nungging di depan gitu hahaha! dasar bapaknya Attaya, besok kalau anaknya udah gede, biar ini jadi cerita buat dia kalau ternyata dulu bapaknya mau jadi pembalap gak kesampaian hahhaha :D
Wawan RAT :: Tertidur pulas disamping vega karyanya
Padahal jantung dapur pacu mesin Yamaha Vega ini hanya kita rubah memakai piston kawasaki kaze oversized 1 milimeter, piston ini masih menjadi andalan dari jaman dulu, hanya sekarang tinggal bagaimana pintar kita mensiasatinya. Disini serunya, karena blok vega lebih rendah 2 milimeter dibanding Jupiter Z atau Vega R new , inilah kesempatan membentuk dome pistonnya layaknya piston FIM – izumi. Piston yang muncul dari blok di beri tanda garis dengan pisau, piston direndahkan hingga 0.5 milimeter dibawah garis itu, dan dome yang terbentuk dilesakkan ke dalam ruang bakar. Mantep To, enak To… :) Tak lupa speeling kedalaman coakan klep pada piston diberi lebih dalam + – 1 milimeter dari posisi overlaping klep. Kalau menurut Tom Monroe, dalam bukunya Engine Builder Handbook, sebaiknya kedalaman coakan klep exhaust pada piston diperdalam, karena kecenderungan klep buang dalam posisi turun hanya mengandalkan kekuatan pir klep untuk mengembalikan posisinya, jika terlambat maka fatal akibatnya – merusak head-klep-piston-liner. Sudah sadar kan, kenapa seringkali klep buang yang mengalami kebengkokan atau bahkan patah? Ya-ya-ya ndak perlu berterimakasih begitu…
Blok pendek, piston bisa dibuat nge-dum :D
Dengan jantung sebesar itu, potensial  kubah ruang bakar masih bisa dipacu dengan katub milik Honda sonic dengan dimensi 28 / 24, tapi toh ini untuk riset siapa tahu dapet pesenan juga untuk bikin mesin MP 3, kan dengan katub 26 / 22 , anggap aja motor pembalap pemula tapi tetep kudu bisa galak :) Supplay bahan-bakar masih mengandalkan milik jupiter z, pilot jet # 25, main jet # 110. Tanpa reamer, intake manifold standard. Box filter terpasang supaya debu tidak tersedot waktu motor dibawa ngebut nyalip bus, atau truk. Gasss terus pokoknya.
Ubahan lain di sektor kampas kopling, kita mengandalkan kampas kopling racing dari Indopart, pir kopling dari motor jambret, yamaha RX-KING, balancer 900 gram. Magnit standard, cdi 4st, coil standard. Tidak ada yang istimewa memang, toh butuhnya hanya transfer tenaga. Lebih dahsyat langsung ubah gigi rasio , ditata pada sekunder nomor 3 dipakai mata berjumlah 30. Membuat reduksi dari gigi 2 ke 3 lebih rapat dan cepat, dan masih menyisakan nafas pada gigi 4. Hasil top speed jarum speedometer mentok cukup lumayan lah, digapai dengan mudah melalui final gir depan 15 – belakang 35.
Antrian head untuk dibubut, tukang bubutnya ngopi di warkop sama saya hahahhaha :D
Muffler dipercayakan oleh bang Zaeni, dimodel megaphone, untuk mengejar putaran atas, silinser mengerucut kecil, pipa 25 milimeter pada leher, disambung 27 milimeter di step ke – 2, silinser 15 milimeter adalah lubang kasa, dengan jumlah lubang pada pipa 16 buah dengan diameter 6 milimeter.
Cak Agus, lagi sibuk mendesainkan knalpot orderan mas wawan R.A.T
Ffffiiiiuuuuhhhh… kayanya ketagihan nih bikin motor trek panjang, kapan dapet orderan jupiter lari 185 kpj, ya… rasanya bukan mimpi kalau dana nya ada… :) Itu rahasiamu saja ya Allah, dan kami bersyukur atas apa yang telah ditorehkan hari ini.
Tetap Sehat – Tetap Semangat, Biar Bisa Modifikasi Mesin Tiap Hari.